Monday, December 5, 2011

tiada usaha yang terbuang...

bismillahirrahmanirrahim....

lama dah x update tinta ni... masa sentiasa mencemburui ana... dah masuk sem 2 ni, macam2 kne fikir... gerak kerja dakwah pun kene perkasakan... makin hari, makin meningkat usia, makin banyak tanggungjawab yang harus dilaksanakan... ye, kte kne usahakan sesuatu untuk pastikan apa yang kita lakukan adalah bermanfaat dan masa muda digunakan sebaik mungkin... memberi kebajikan kepada yang memerlukan....

kali ini simple je entri ni... ana nak suburkan semangat dalam diri kita... dalam al-Quran ada mengatakan manjada wajada... maksudnya: barang siapa yang berusaha maka dia akan peroleh ganjaranya...


tapi kadang2 kita dengar yang orang kata dia dah berusaha tp x dapat lihat apa2 perubahan... nak katanya, mungkin ada yang terfikir menyatakan Allah tu kejam (nauzubillahiminzalik) sebab x dapat lihat perubahan... tapi rilex dlu.... Allah x kejm... Allah suruh kte bersabar dan usaha lagi... Allah tahu yang terbaik untuk kita... kte kne sentiasa optimis dengan Allah... so kali ini untuk build up balik semangat tu ana anak bawakan satu analogi yang mudah untuk difahami...

ambil air yang masukkan ke suhu -ve 5'C... pastinya air tersebut akan menjadi beku. then, panaskan air batu itu. biarkan seketika, tiada apa yang berlaku. begitu banyak tenaga, sebab tu x de hasil yang kelihatan. tapi, tunggu lagi pada suhu sampai ke 0, ais itu akan cair... menjadi Air!!

panaskan terus. sama juga, banyak tenaga tanpa hasil yang hebat. kemudian, pada kira-kira 100'C, buih-buih dan wap mula kelihatan! air tu mendidih!

prinsipnya? kita mungkin mencurahkan tenaga ke dalam sesuatu-air batu, projek, kerjaya - tetapi suatu hasil pun x kelihatan. sebenarnya, tenaga yang kita berikan tu dah membawa perubahan cuma belum kelihatan. teruskan lagi sedikit.pasti akhirnya antum akan melihat perubahan besar. ingat prinsip ni, insyaAllah antum x kn mudah untuk cemas dan berputus asa.


 sekadar renungan sebelum mengakhiri tinta ni...


I wanted to share a moving story that I once heard and
will always remember and cherish for its meanings.!It's
the story of one of the great Imams of this Ummah, Imam
Ahmad bin Hanbal.
His son, Abdullah, asked his father one day:!“Abi when
will we ever relax?”! His father, one of the greatest!
revivers of the Sunnah and a role model for all Muslims,
looked him in the eye!and said:!“With the $rst step we
take into Jannah.”
Ya Allah, what a beautiful response!
There are days that come to you and you’re tired, you just
want to sleep and relax and "shut o"" as they say. Those
are the days in which you need to ask yourself a critical
question: ‘Where am I going with life?’ If it's towards
Allah and for Allah, then regain your strength and
continue your work, for Jannah is precious and must be
sought. But if you look into your life and realise that it's not
towards Allah but towards Dunya, then your tiredness
becomes a blessing, for it is a reminder that you need to
change direction and renew your purpose in life.

Sunday, November 20, 2011

good luck!!!

salam... 
special entry for coming final exam part A year 2 MBBS....
1st... sorry for everything i had done... 
2nd... thanks n halalkan everything....
3dr.... gud luck to all my um medical friend....

untuk sekeping hati yang special ni .....

1st...


2nd...


RABBI YASSIR WALA TUASSIR, RABBI TAMMIM BIL KHAIR

oh Allah make it easy and do not make it diffucult. oh Allah make it ends well


3rd...

Maksudnya: “Ya Allah! Tidak ada kesenangan melainkan pada perkara yang engkau jadikan kesenangan padanya. Dan engkau menjadikan kedukacitaan dan kesukaran sebagai mudah dan senang jika Engkau kehendaki.” 

Saturday, November 5, 2011


salam alaik...
salam eidul adha...

cam ne kengkawan... gembira dapat bertemu dgn family.... dapat beraya dengan family.... anan x balik raya tahun ni, masuk tahun ni da 2 tahun x balik raya... tapi Alhamdulillah Allah masih sayangkn kami yg tinggal ni... rezeki x putus2... natijah daripada ukhwah persahabatan... ada  je yg offer datang rumah.... moga allah berkati usaha kawan2...

pagi2 bangun... siap2 nk g solat raya.... dengan kengkawan yg tinggal berapa ketul je kat sini... walaupun sikit Alhamdulillah terasa kemanisan ukhwah kat situ.... walaupun boleh kata ktorg je yg dok kat kolej... senyap sunyi....

dengar khutbah raya kat masjid biru~
cerita pasal pengorbanan... biasa la sinonimnya hari raya haji ni or eiduladha... pengorbanan dalam Islam sendiri amat penting.... utuk berjaya sume orang kene berkorban....

jom renung2kn kejap.... cube kita fikirkan... tanpa pengorbanan Rasullullah dalam usaha dakwahnya... para sahabat dan tabiin... mungkinkah kita dapat nikmati Islam dengan begini tenang

 <walaupun hakikatnya musush Islam x berhenti nk jatuhkan islam>... 

even klu nk lagi dekat... tanpa pengorbanan mak yang rasa sakit masa mengandungkan kita... lahir x kita kat dunia ni?? tepuk dada tanya iman... sekarang kita fikir pulaj... pe pengorbanan kita untuk Islam sendiri.... nasihat untuk diri ana yang hina ni juga,... beringat lah sebelum terlambat.... 

mungkin kita rasa susah bila bergerak berseorangan... 

JANGAN!! nanti anda kecundang...

 carilah dan bersamalah sahabat2 ni untuk dapatkan semangat berjuang dan istiqomah dalam jalanNya... <so kat cni, wanna say thanks to ALL my FRIENDS yg banyak support ana dari belakang>

bercerita pasal pengorbanan.... klu kita fikirkan sebenarnya senang je nk lakukan pengorbanan... tp sedar atau x pe bende yang paling besar yang menghalang dalam kita melakukan pengorbanan tu?? cthny: knp x sume org berani nk sembelih lembu.. hanya org tertentu je... knp x sume org nak derma urk org miskin? knp x sume doctor berani lakukan biopsy? kenapa x sume doctor mampu lakukan surgery....

bila kita fikir2.... sebenarnya ada sesuatu yang besar yang menghalang diri ni utk teruskan... see... awal2 lagi Allah dah latih diri kita untuk berkorban... maksud ana bukanlah berkorban seekor lembu tiap2 tahun... 

tapi... bagi melakukan sesuatu tu... musuh utama atau halangan utama kita adalah PERASAAN.... ni la yang Allah uji kita... nk melawan perasaan ni bukan mudah... 

x mungkin seorang doctor tu mampu melakukan surgery klu perasaan kesian takut dia menyerang masa nk wat surgery,... x mungkin kita mampu terus bertapak klu kita x dapat lawan perasaan takut menghadpai apa jua posiblity kat depan sana tu.... so kita kne berkorban perasaan tu lebih dahulu....

sekadar renungan akhir.... binatang yang ingin dikorban pun menangis sewaktu nk dikorban... nk jumpa Allah... ni kn pula kita manusia sebaik kejadian, x ambil ikhtibar pon dengan apa yang berlaku....


Friday, November 4, 2011

selamat hari raya aidiladha...

This is a question-answer session with a medical practitioner on the benefits of the Islamic method of slaughtering animals.
- Question: Dr. John, if the veins that are in the front part of the neck of the animal are cut, what would happen to that animal?

- Dr. John: Scientifically speaking, when an animal or human has his veins that are found in the front part of the neck cut, he will faint immediately.
To clarify, he said that if someone was strangled, he would suffer extreme dizziness and lack of concentration because it is difficult for the blood to reach the brain, and if the duration of strangling was longer, he will lose sensation and faint.

- Question: So, cutting the veins that are in the front part of the neck of the slaughtered animal and letting the blood flow outside its body leads to unconsciousness?

- Dr. John: Yes, definitely.

- Question: Does the slaughtered animal feel any pain immediately after having its neck cut?

- Dr. John: Of course not, as it is totally unconscious.

- Question: Then, why does the animal do such spasmodic movements that give the feeling that it is in pain?

- Dr. John: This is because when the veins are cut without breaking the bones of the slaughtered animal’s neck, which is exactly the case in the Islamic way of slaughtering, the brain does not receive blood while the cerebrum is still alive and the neurological system that is at the back part of the neck is still linked to all the systems of the body. Thus, the neurological system sends signals to the heart, the muscles, the intestines and all the cells of the body to send blood to the cerebrum. This makes all the cells, intestines and muscles of the body make spasmodic movements to push the blood to the heart which sends the blood to the brain. However, the blood leaves the animal’s body instead of going to the brain because the veins of the neck are already cut. The neurological system continues to send signals and blood leaves the animal’s body until all the blood flows out. The widespread idea that animals suffer from pain when slaughtered by this method was scientifically proven to be wrong as animals faint and totally lose sensation as soon as the veins are cut.

- Question: Medically speaking, is it better to leave the blood inside the body of the animal or let the blood flow out of the body?

- Dr. John: Blood is one of the most fertile environments where germs grow and it also carries substances that are harmful for the human body. So, if the blood remained in the meat directly after the death of the animal, it will be a fertile environment for germs, in addition to the harmful substances that are present in it. 

- Question: What do you think of the other ways of slaughtering animals especially the way that is used in most European countries which is hitting the animal on its head so that it would faint, then slaughtering it afterwards?

- Dr. John: This method has dangerous ramifications on the health of humans. This is because the animal dies slowly when it is hit in this method and this causes the membrane that lines the large intestines to lose its ability to retain the bacteria that is in the large intestines. Therefore, the bacteria penetrates the body of the animal, finds the blood and swims in it while interacting with it until it spreads throughout the entire body of the animal. The safest way of eating meat that is free from blood and bacteria is by getting rid of the blood of the animal and letting it flow out.

Praise be to Allaah for the blessing of Islam!
from the pagre: facebook.com/saidaboutislam

Wednesday, October 12, 2011

rehlah oh rehlah....

bismillahirrahmannirrahim....


assalamualaikum... sahabat... moga antum sekalian di bawah redha Yang Esa....


kali ni i just wanna make it short and simple hopefully sume bole dapat sesuatu daripadanya....


430pm
ana: cepat2 petang ni ada rehlah...<excited barangkali> ada macam2... kayak, baling selipar, funny debate... 
bestnye.... mesti ramai yang turun... kite kne fikirkn sesuatu supaya semua dapat arahan yang jelas... anti bagi grouping, anti pulak biro keselamatan, kte kne jaga dyorang barangkali ada sebarang kecederaan, anta pulak jadi mc keseluruhan... <bla..bla...bla>


450pm
ana: kte kne gerak cepat, nanti x cukup masa....
kawan-kawan: panasnye hari ni... mesti dyorang penat menunggu...


5.05pm
<sampai kat padang> 
ana: oh, kte sampai dulu nampaknye...
seorang demi seorang datang berselang 5 minit...


530pm
ana; sepatutnya kita da start 30 jam awal...
mc: kte tunggu dulu la... ramai x de.... t cam ne nk jalan... nk kenal2... ni pun kawan2 kte... da kenal... erm, kte tunggu ye lg 10 minit....
... pending....


5.40pm
ana: x boleh ni kte kne ada plan b... kte start dengan rehlah dulu sementara tunggu orang datang... then, last nanti dalam 10 minit baru kte selesaikan objektif kita...
mc2: objektif kte bukan nk rehlah semata, ad yg lagi penting untuk kte sampaikan dalam objektif tu...
ana: macam ni...cancel sume aktiviti kayak n baling selipar , kte main funny debat je...
<hati da serabut.... Ya Allah... ujian lagi... x seperti mana yang dirancangkan... emosi dan tanggungjawab da lari... sedihnya>


550pm
bagi kumpulan, tajuk... utuk debat...< mana yang penting? mana yang capai objektif, eh... hati2 tu cam ne... jgn ambil pandangan islam melalui aku>


550-620pm
funny debate....
hahahahahaha <senyum walaupn x semanis selalu> kelakar dengan point yang dibahaskan
pe la tajuk..... 
PENCIL VS PEN siapa yang lagi best?
SAILORMOON VS DRAGON BALL siapa yg lagi hebat?
PAYANG VS BAJU HUJAN, siapa yang lg bermanfaat?


kawan a: bile nk main baling seliparnye miza... bosan la... kayak pun x de... malas la nk turun lagi....
ana: eh jgn la cam tu.... kte da x cukup masa ni... ada yang lagi penting untuk disampaikan...
kawan a dan kawan2nya: x pe la... nk balik la cam ni... bosan sgt....
ana: <hanya mampu tersenyum tawar> sorry ye kawan2...


635pm
sesi pengenalan.... <finally... tercapai juga...>
ana:< eh, dyorang sanggup turun dari klang utk join program yang x seberapa ni?? apa yang aku dah buat ni??>




hati ini sedihny.....
x atahu nak kata pe.... berbalik kepada muhasabah diri... mungkin ni salah aku...
satu side: eh, Allah x izinkan lagi la miza. Allah x buka hati semua ... banyak lagi tarbiah yg diperlukan... Allah ada plan lagi baik untuk kau... Allah ada hadiah lagi baik untuk kau
satu side: tarbiah dosa2 kau... hijab yang menghalang orang memahami kata2 kau.... jangan salahkan orang lain... tengok pada diri sendiri dulu... tingkatkn usaha untuk bersihkan hati...


suddenly sahabat datang: miza ni lah dakwah, x ramai yang turun, x ramai nk join, x ramai yang sangup bersatu...
ya BERSATU, tu yang kurang ada pada umat Islam sekarang... usaha2 untu menyatukan hati2 ni dipandang remeh... hakikatnya untuk menaikkan islam hati perlu bersatu menentang musuh


<huhu panjang plak>


the moral of the story ......
1.strategi tu penting dalam berdakwah.... plan a, b,c,d,....z.... sume tu mesti ada...
2.expect the unexpected
3.bersangka baik dengan Allah....
4. creatif dalam berdakwah....
5. pentingkan yang penting dari yang lebih penting... back to main idea... jgn selalu sgt keluar dari tujuan pe yang kita nk kn...
6. ada orang2 di blakang tu yang sanggup bermatian untuk islam, klu bukan untuk kte try utk grab peluang2 yg Allah bagi then siapa lg???
7. bersatu!!!

Sunday, October 2, 2011

LAYAKKAH AKU UNTUK DIUJI??


sesungguhnya diri ini diwakafkan untuk islam... so knp tanya layakkah aku diuji? knp tanya kenapa dalam banyak2 org aku juga yang diuji... wahai insan, didiklah hatimu agar sentiasa sedar hakikat seorang hamba kepada pencipta yang berkuasa.... wahai diri... sesungguhnya, KAMU LAYAK DIUJI... thanks to ABU SAIF for this great article... 
“Mak kambing, maafkan saya. Saya nak ambil anak makcik untuk buat rendang ya!” pinta seorang pengusaha ternakan kambing kepada seekor kambing betina tua, yang terpinga-pinga.
Perlukah beliau meminta izin si emak untuk menyembelih si anak?
Tidak perlu.
Hakikatnya, emak kambing, ayah kambing, anak kambing dan seluruh ahli keluarganya adalah milik pengusaha ternakan kambing tersebut. Mahu diambil si emak, mahu diambil si anak, kuasa mutlak ada padanya.
Namun kerana ihsan yang ada pada diri, penternak kambing sentiasa mengambil si kambing dewasa untuk jualan dan sembelihan. Sesekali sahaja keadaan sebaliknya berlaku. Tiada pertikaian, kerana seluruh kandang itu milik dirinya. Manusia yang memberi makan, minum, penjagaan, rawatan, perlindungan dan segala yang diperlukan oleh si kambing untuk hidup sejahtera.
RUBUBIYYAH ALLAH
Ada apa di sebalik kisah kambing?
Ia cara mudah untuk memahami kesan mengimani Rububiyyah Allah.
“Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi atau siapakah yang memiliki penciptaan, pendengaran dan penglihatan? Siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: Allah! Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya?”  [Yunus 10: 31]
Mengimani bahawa Allah sebagai RABB, bahawa Dia itu Pencipta alam, Pentadbir alam, Pengatur alam dan Pemilik alam… adalah sari pati pengertian iman kita kepada Rububiyyah Allah. 
Rububiyyah bukan iman muqaddimah yang remeh. Ia adalah iman asas, tempat di mana terbina dan berpijaknya kehambaan kita kepada Allah SWT. Sepatutnya, kesan mengimani Rububiyyah Allah inilah yang membawa kita kepada perbuatan menghambakan diri kepada-Nya, menunaikan tuntutan-tuntutan Uluhiyyah Allah, sebagai Ilah dan Keutamaan Tertinggi dalam hidup ini.
Namun, Iman warisan yang tiada nilai pilihan, mungkin tercicir akan hakikat ini. Dalam keadaan manusia beribadah kepada Allah, jiwanya gagal berhubung dengan Rububiyyah Allah.
Justeru dalam ‘kesempurnaan’ ibadah dan ritualnya, dia terlupa akan hakikat diri sebagai HAMBA.
HAMBA YANG LUPA
Hamba yang lupa dirinya sebagai hamba, tidak bersedia untuk menerima ujian. Dalam taatnya, dengan segera dia melatah mempersoalkan kewajaran dirinya diuji.
“Apa salah anak saya. Mengapa dia yang mati, bukan saya!” kata-kata manusia yang terlupa.
Terlupa bahawa dirinya, anaknya dan seluruh ahli keluarganya, adalah milik mutlaq Allah, Pemilik mutlaq alam ini. Terikatkah Allah kepada peraturan kita bahawa anak yang sepatutnya menghantar ibu bapa ke kubur dan bukan sebaliknya?
AYAT-AYAT CINTA
“Oh, novel itu sangat bagus. Ia panduan bercinta menurut Islam,” komen gadis-gadis Islamik yang jatuh hati dengan novel Habiburrahman El Shirazy.
“Ceritanya indah sekali. Ana kepingin menjadi Fahri,” ulas seorang akh yang larut dalam kisah syahdu di bumi Kinanah itu.
Mana mungkin Habiburrahman El Shirazy menulis sebuah novel, hanya untuk membentangkan soal cinta!
Saya bukan seorang pembaca novel. Namun dek kerana gahnya karya Ayat-ayat Cinta ini, saya gagahkan jua membacanya. Sungguh luar biasa. Filemnya juga ditonton. Bukan sekali tetapi dua.
Tetapi saya tidak melihat novel itu kemuncaknya adalah cinta. Saya tidak jadi ‘mabuk cinta’ membaca bait Ayat-ayat Cinta. Sebaliknya jiwa saya remuk meneman Fahri ketika di dalam penjara, kerana di situlah mesej teragung yang sepatutnya diangkat sebagai muhasabah terbesar ke atas jiwa.
Sama ada rakan sepenjara Fahri itu adalah Profesor Abdur Rauf yang dinukil novel, atau lelaki gila tanpa nama di dalam filem, ungkapannya bagai panahan lintar menampar pipi Fahri, juga saya yang membacanya:
“Allah sedang berbicara kepadamu tentang SABAR dan IKHLAS… SABAR dan IKHLAS itulah Islam”
Ya… kesalahan Fahri adalah pada sangkaan dirinya, bahawa setelah hidup dalam ilmu dan ketaatan, beliau tidak wajar diuji. Beliau itu bersih, suci, bagai yang dimahukan oleh Allah. Apatah lagi ujian itu adalah pada sesuatu yang bertentangan dengan nilai hidupnya. Mana mungkin seorang yang begitu bersih dari menggauli manusia berlawanan jantina, tertuduh dengan sebusuk-busuk fitnah, merogol Nora?
“Apa salah saya kepada Allah???” soalan seorang manusia bernama Fahri, yang tertipu dengan dirinya sendiri. 
“Istighfar! Allah sedang memberitahu kamu supaya jangan sombong! Ingat siapa diri kamu!” bicara waras seorang manusia gila.
Itulah beban Ayat-ayat Cinta, bahawa segala tentang Fahri adalah untuk mempotretkan seorang manusia yang sempurna pada ilmu, pada amal, pada ibadahnya kepada Dia. Tetapi ikhlas dan musuh ikhlas itu sulit. Sulit dan tersembunyi bagai semut hitam merayap di atas batu hitam pada malam yang hitam pekat.
MUSIBAH ITU ADA TUJUANNYA
Agar keikhlasan itu dapat dirasa, datanglah segala musibah untuk berbicara, dalam bentuk yang di luar bayangan dan jangkaan kita. Kerana kita manusia yang lupa, bahawa kita semua adalah hamba. Status yang menjadikan kita sentiasa layak untuk diuji, dan diperlakukan apa sahaja oleh Pemilik kita (dengan selautan hikmah). Masakan kita boleh terlupa bahawa sujudnya kita adalah kerana kita hamba, milik Dia?
Lulus ujian itu, meningkatlah darjat kita. Daripada seorang hamba yang kurang baik, kepada hamba yang lebih baik. Namun masih tetap seorang HAMBA.
Buruk sangka, tidak mencari ‘bicara Tuhan’ di sebalik musibah dan berantakan menyelaputi jiwa, binasalah kita sebinasa-binasanya.
Seorang lelaki yang baik, menjaga iman dan beramal soleh, difitnah berzina?
Seorang isteri yang baik, taat, melakukan segala kebaikan untuk kesempurnaan rumahtangga, dihadapkan dengan khianat suami bermain kayu tiga?
Seorang suami yang bertanggungjawab, melakukan kebaikan kepada rumahtangga tak berbelah jiwa, diuji dengan isteri dan anak-anak yang kufur nikmat bernafsu rakus meminta dunia?
Seorang anak yang datang dari sebuah keluarga bahagia, berdepan dengan keluarga mertua yang mengundang sengsara?
Seorang ibu dan seorang bapa, yang sangat menjaga hal ehwal pendidikan dan akhlaq anak-anak mereka, diuji dengan salah seorangnya menjadi pelesit menconteng arang ke muka?
Mengapa semua ini berlaku?
Itulah bicara Allah kepada kamu…
Kamu pernah mendakwa yang kamu menjaga pergaulan adalah KERANA DIA.
Kamu pernah mendakwa bahawa kamu mentaati suami dan menjaga kebajikannya adalah KERANA DIA.
Kamu pernah mendakwa bahawa kamu memelihara isteri dan anak-anak adalah KERANA DIA.
Kamu pernah mendakwa bahawa kamu menjadi anak yang baik adalah KERANA DIA.
Kamu pernah mendakwa baahwa kamu menjadi ibu dan bapa yang melaksanakan segala tugasan dengan sempurna adalah KERANA DIA.
LUPA
Tetapi kamu terlupa.
Ketika kamu tidak bergaul bebas, menjaga hubungan, dan berakhlaq baik, kamu terlupa kepada Allah hingga menyangka yang kamu seharusnya menerima yang baik-baik sahaja dalam hidup ini. Bukan cela, bukan hina. Lelaki baik harus lancar memiliki perempuan yang baik.
Ketika kamu mentaati suamimu, menjaga segala keperluannya, kamu terlupa kepada Allah dan meletakkan jangkaan bahawa mencintai sama dengan memiliki, dicintai sama dengan dimiliki. 
Tatkala kamu menjaga isteri dan anak-anakmu, kamu lupa kepada Allah hingga kamu sangka itu semua jasa, dan jasa mesti dibalas budi.
Ketika kamu menjadi anak soleh, kamu lupa kepada Dia dan kamu sangka kebaikanmu itu suatu jaminan. Mustahil anak yang baik dikeji manusia ibu dan manusia bapa, biar pun mereka hanya mertua.
Semasa kamu mendidik anak-anak dengan sebaik-baik didikan, kamu lupa kepada Allah lalu mengharap kebaikanmu dikenang dan dibalas mereka, hingga terlupa niat kamu berkaitan Dia.
BAIK DAN MUKHLIS
Garis yang memisahkan di antara seorang manusia yang berlaku baik, dengan seorang manusia yang ikhlas dalam kebaikannya, amat tipis.
Justeru datanglah ujian yang tidak disangka-sangka, untuk menzahirkan keikhlasan itu.
Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: “kami beriman”, sedang mereka tidak diuji? [Al-Ankabut 29: 2]
Maka lelaki soleh yang difitnah zina, maka isteri solehah yang dikhianati suami, maka suami soleh yang dikufuri isteri, maka anak soleh yang disakiti ibu bapa, baik kandung atau mertua, maka ibu bapa solehin yang dikecewakan anak oleh perlakuan buruknya, ketahuilah bahawa ALLAH sedang berbicara kepada kamu.
Bicara untuk menyedarkan kamu, bahawa hati harus puas kerana mengikhlaskan kehambaan kepada-Nya. Bahawa sebaik mana sekali pun ibadah kamu, tanpa JIWA HAMBA, segalanya tidak bermakna. 
HAMBA sentiasa sedar dirinya dimiliki dan tidak memiliki.
HAMBA sentiasa sedar dirinya sentiasa layak diuji.
HAMBA sentiasa sedar bahawa lahirnya hanya untuk DIA.
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang telah melupakan Allah, lalu Allah menjadikan mereka melupakan tentang diri mereka. Mereka itulah orang-orang yang fasik – derhaka. [Al-Hasyr 59: 19]
Kita sentiasa layak diuji…
Kerana kita adalah HAMBA.
Justeru hancurkanlah RASA MEMILIKI!
ABU SAIF @ www.saifulislam.com

its all about mind setting!!! positive!!!


"Aduhai, kenapakah hidup aku selalu dirundung malang begini..?" lelaki muda itu berkeluh-kesah. Selama hidupnya, dia tak pernah merasakan ketenangan yang sebenar. Hatinya tidak pernah sepi daripada merasakan kerisauan.
Fikirnya, Tuhan tidak pernah sudi meminjamkan kedamaian hati padanya. Dia sangat cemburu apabila memandang sekeliling. Mereka bebas ketawa dan mudah tersenyum. Tapi dia? Dia hanya mampu tenggelam dalam dunia sepi dan resahnya sendiri.
Hatinya tidak mampu mengisi segala masalah yang menghimpit jiwanya. Lalu, selepas lelah dan puas berfikir, suatu hari dia melangkah longlai menuju ke hujung kampung. Niat hatinya, ingin menemui seorang lelaki tua.
Saban hari, wajah lelaki tua itu sentiasa kelihatan tenang. Damai sentiasa bertamu diwajahnya. Dia ingin sekali meminta rahsia. Lalu, dia terus berperi kepada lelaki tua tersebut.
Masalah keluh kesah dan kerisauannya didengari lelaki tua itu sambil tersenyum. Lalu dia mengajak lelaki itu ke suatu tempat iaitu ke tepi sebuah kolam yang besar sambil membawa sebiji cawan dan dua bungkus garam. Lelaki itu mengikut, walaupun hatinya sedikit hairan.
"Anak muda," lelaki tua itu bersuara.
"Ambillah cawan ini, isikanlah air dan masukkanlah sebungkus garam," ujarnya lagi. Lelaki itu yang dalam kebingungan hanya menurut.
Cawan diambil, air diisi dan garam dimasukkan. Kemudian lelaki tua itu berkata lagi.
"Sekarang kamu minumlah air tersebut," dalam bingung yang masih bersisa, lelaki itu mengikut kata lelaki tua itu.
" Apa rasanya?" tanya lelaki tua itu apabila melihat kerutan di dahi lelaki tersebut.
" Masin!"
Lelaki tua itu tersenyum lagi.
"Sekarang, kamu masukkan pula sebungkus garam ini ke dalam kolam itu. Kemudian kamu hiruplah airnya."
Lelaki tua itu menunjukkan arah ke kolam. Sekali lagi lelaki itu hanya mengikut tanpa menyoal. Air dicedok dengan kedua belah tapak tangan dan dihirup.
"Apa rasanya, wahai anak muda?" soal lelaki tua itu.
"Tawar, tidak masin seperti tadi," lelaki muda itu menjawab sambil mengelap mulut.
"Anakku, adakah kamu memahami kenapa aku meminta kamu berbuat begitu tadi?" tanya lelaki tua itu, sambil memandang tepat ke arah lelaki tersebut. Lelaki itu hanya menggeleng. Lelaki tua itu menepuk-nepuk bahu lelaki tersebut.
"Anakku, beginilah perumpamaan bagi diri kita dan masalah. Garam itu umpama masalah. Cawan dan kolam umpama hati kita. Setiap orang mempunyai masalah, ditimpa masalah dan diuji dengan masalah. Tetapi, kalau hati kita sebesar cawan, maka kita akan merasai pahitnya masalah itu, pedihnya hati kita dan keluh kesahnya kita."
"Tetapi kalau hati kita sebesar kolam, masalah tidak akan mengganggu kita. Kita masih boleh tersenyum sebab kita akan mengerti masalah bukan hadir untuk menyusahkan kita. Masalah dianugerahkan untuk kita berfikir, untuk kita muhasabah diri. Masalah dan ujian akan memberi hikmah kepada kita."
"Anakku, itulah rahsiaku. Aku sentiasa berlapang dada, aku sentiasa membesarkan jiwaku, supaya aku boleh berfikir tentang perkara-perkara lain dan masih boleh memberi kebahagiaan padaku. Aku tidak akan sesekali membiarkan hatiku kecil seperti cawan, sehingga aku tidak mampu menanggung diriku sendiri."
Maka, pada petang itu lelaki itu pulang dengan senyuman yang terukir di bibir. Dalam hati, dia berjanji akan sentiasa membesarkan jiwa dan berlapang dada.